Lepaskan

Kamu tidak perlu bertahan untuk sesuatu yang tidak kamu nikmati. Lepaskanlah. Akan ada hal baik yang datang setelahnya

Itu adalah kalimat yang dilontarkan seorang ayah pada sahabat anaknya di film a long came polly. Si sahabat itu adalah seorang aktor yang hidup dalam kepura-puraan. Dia mengarang kesuksesannya sendiri dalam sebuah program televisi terkenal. Hingga ia jadi terkenal karena program khayalan tersebut. Beberapa waktu kemudian, ia frustasi karena aktingnya dikatai jelek padahal ia sudah sangat berusaha (menurutnya), ia dihujat.

Film itu tidak saya tonton keseluruhan. Hanya adegan itu saja. Lalu saya mematikan televisi karena gambarnya selalu bergoyang setiap saya melangkahkan kaki di mesin treadmill.

Dua minggu belakangan saya punya kebiasaan ke tempat kebugaran di gedung samping kiri kantor, salah satu hal yang saya suka. Mencoba beberapa alat yang sampai sekarang saya belum tau cara menamainya. Sebenarnya saya tidak terlalu suka olahraga. Melelahkan. Dulu, saya hanya berolah raga ketika lelaki masa lalu saya mengajak. Sepertinya dia sangat menyukainya. Namun sampai saat ini saya masih curiga bahwa dia tidak terlalu tergila pada olah raga. Olah raga hanya salah satu momen kedekatan kami. Kedekatan tanpa prasangka dari pacarnya, yang pada akhirnya menjadi mantan pacarnya.

Sejak tidak bersama dia lagi, saya tidak pernah olah raga lagi kecuali berjalan kaki. Saya suka berjalan kaki, terutama saat cuaca mendung namun bukan hujan. Sebaliknya, saya benci cuaca terik. Sekarang, berolah raga harus saya paksakan hingga menjadi kebiasaan karena sebuah sakit yang cukup serius.

Saya berusaha menikmati keadaan. Sayang, sekuat apapun saya berusaha, rasanya tak bisa senikmat es krim magnum di siang yang menyengat. Saya harus terjebak dalam ruang berbentuk segi empat yang dibatasi dinding-dinding dengan warna monoton. Ruangan kecil itu diisi paling tidak empat orang. Namun dalam kotak saya, hanya ada satu orang, saya sendiri. Satu hal lagi yang saya suka, sendirian saat bosan. Orang yang sedang bosan akan terlihat membosankan, bukan?

Kebanyakan orang sangat ingin tahu urusan satu dan yang lainnya. Bahkan hal kecil sekalipun. Siapa baru membeli apa, siapa jalan dengan siapa atau siapa tertimpa musibah apa. Namun terkadang seseorang bertanya hanya karena rasa ingin tahu, bukan benar-benar perduli. Untuk hal satu ini saya belum memutuskan menyukainya atau tidak.

Saya juga menyukai toiletnya yang selalu bersih. Saya sangat berterima kasih pada para cleaning service. Kemarin saya mengatakannya pada mereka. Mereka sungguh sabar.

Saya sedang berusaha mengingat-ingat kira-kira apalagi yang saya sukai dari pekerjaan saya. Ya, saya suka memandang jauh dari jendela. Cityscapnya cantik sekali. Beberapa gedung pencakar langit berjejer simetris. Modelnya aneh-aneh. Ada yang sengaja ditumbuhi tanaman sulur di sepanjang jendelanya. Ada juga yang seperti susunan lego tak seimbang, gedung itu terlihat sangat labil. Warnanya juga tidak terlalu monoton. Hal-hal yang tidak akan saya temui di daerah asal saya.

Dari pemikiran-pemikiran aneh saya yang sedang berbaring di kamar kosan teman saya yang tanpa jendela dan panas, saya tahu ada yang salah.

Nasehat ayah di film a long came polly rasanya benar. Saya tidak perlu bertahan untuk sesuatu yang tidak saya nikmati. Lepaskan, maka akan datang hal baik sesudah itu.

Satu keputusan bisa mengubah banyak hal dalam hidup. Memang belum tentu hal itu benar dan menguntungkan, tapi setidaknya kita telah berani menentukan arah hidup yang kita yakini.